Rabu, 13 Mei 2009

TINJAUAN DIABETES MELITUS DARI ASPEK SELULAR DAN MOLEKULAR

TINJAUAN DIABETES MELITUS DARI ASPEK SELULAR DAN MOLEKULAR
Fachreza Rizki Perdana, Mathematics and Science Faculty, Brawijaya University, Malang, East Java, Indonesia

Pengaturan Kadar Glukosa Darah
Kadar glukosa darah adalah suatu indikator dari kurang atau tidaknya asupan makanan sebagai sumber energi. Faktor yang menentukan kadar glukosa darah adalah keseimbangan antara jumlah glukosa yang masuk dan glukosa yang dikeluarkan melalui aliran darah. Hal ini dipengaruhi oleh makanan, kecepatan masuk ke dalam sel otot, jaringan lemak dan organ lain serta aktivitas sintesis glikogen dari glukosa oleh hati (Ganong 1999). Penyerapan beberapa monosakarida seperti glukosa, fruktosa dan galaktosa terjadi dengan proses yang membutuhkan energi melibatkan inklinasi kimiawi Na+. Oleh karena mukosa intestin biasanya sebagian besar menyerap monosakarida dan disakarida, maka bila konsumsi glukosa jenis ini meningkat akan dengan cepat meningkatkan kadar glukosa, fruktosa, dan galaktosa plasma dengan secara nyata (Linder 2006).
Menurut Guyton dan John (1997), mekanisme pengaturan kadar glukosa darah meliputi :
a. Fungsi hati sebagai buffer glukosa, yaitu apabila glukosa darah meningkat setelah makan mencapai konsentrasi yang sangat tinggi, maka kecepatan sekresi insulin juga meningkat. Sebanyak dua pertiga glukosa diabsorpsi oleh usus dan segera disimpan di dalam hati dalam bentuk glikogen, apabila konsentrasi glukosa darah rendah dan kecepatan sekresi turun, maka hati melepaskan glukosa kembali ke dalam darah.
b. Fungsi insulin dan glukagon sebagai umpan balik punya peran yang terpisah dan sangat penting untuk mempertahankan konsentrasi glukosa darah yang normal.
c. Pada keadaan hipoglikemik, efek glukosa darah yang rendah pada hipotalamus akan merangsang susunan syaraf simpatis. Sebaliknya epinefrin yang disekresikan oleh kelenjar adrenal menyebabkan pelepasan glukosa lebih lanjut di hati. Hal ini untuk mengatasi hipoglikemia berat.

d. Hormon pertumbuhan dan kortisol disekresikan pada respon terhadap hipoglikemia yang terus menerus, yang akan menurunkan kecepatan penggunaan glukosa oleh sebagian besar sel-sel tubuh.
Menurut Piliang dan Djoyosubagio (2006) dalam keadaan puasa, sebelum makan pagi atau sekurang-kurangnya 12 jam sesudah makan, konsentrasi gula normal berada pada kisaran 70-100 mg/dL. Sesudah mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, kadar glukosa darah akan meningkat sampai kira-kira 140 mg/dL dan turun mencapai kadar normal sesudah 1 atau 2 jam kemudian. Kadar glukosa darah 70-100 mg/dL (dalam keadaan puasa) disebut nomoglycemia (yaitu kadar glukosa darah normal).

Insulin
Insulin adalah hormon protein berantai ganda dan dibentuk dari pro insulin di sel beta pulau kecil pankreatik Langerhans, berfungsi untuk mengubah glukosa menjadi glikogen (Silalahi 2006). Menurut Hardjasasmita (2000) Pro insulin merupakan suatu rantai polipeptida monomer, dimana rantai A dan rantai B molekul insulin dihubungkan oleh suatu rantai polipeptida penghubung yang memiliki 33 molekul asam amino. Peranan insulin dalam pengaturan kadar glukosa darah tidak lepas dari pengaruh faktor lainnya juga, seperti (1) hati berperan sebagai glukostat, (2) kelenjar pankreas sebagai penghasil hormon lain selain insulin yaitu glukagon, (3) kelenjar adenohipofisis mensekresi hormon-hormon yang bersifat diabetogenik seperti ACTH, GH, TSH; (4) kelenjar adrenal yang mensekresi hormon epinefrin dari bagian medula dan glukokortikoid dari bagian kortek-nya, (5) kelenjar tiroid mensekresi hormon T3 dan T4 yang berperan terhadap metabolisme energi, serta (6) kerja fisik atau exercise yang bersifat memperkuat efek insulin terhadap metabolisme karbohidrat (Hardjasasmita 2000).

Diabetes Mellitus
WHO (2006) mendefinisikan diabetes mellitus sebagai penyakit kronis yang terjadi akibat dari ketidak mampuan pankreas untuk memproduksi insulin yang cukup, atau tubuh tidak mampu menggunakan insulin yang diproduksinya dengan efektif. Menurut NDIC (2005) diabetes mellitus adalah kelainan metabolisme atau cara tubuh mencerna makanan menjadi energi. Menurut Media Informasi Peresepan Rasional bagi Tenaga Kesehatan Indonesia (2001) glukosa masuk ke dalam sel dapat melalui dua cara, yaitu secara difusi pasif dan transport aktif. Secara difusi pasif, masuknya glukosa tergantung pada perbedaan konsentrasi glukosa antara media ekstraseluler dan di dalam sel. Secara transport aktif, insulin berperan sebagai fasilitator pada jaringan jaringan tertentu. Insulin merupakan hormon anabolik utama yang meningkatkan cadangan energi. Pada semua sel, insulin meningkatkan kerja enzim yang
mengubah glukosa menjadi bentuk cadangan energi yang lebih stabil (glikogen). Hiperglikemia pada diabetes mellitus merupakan hasil dari ketidak cukupan sekresi insulin oleh sel beta pulau Langerhans atau ketidak mampuan sekresi insulin untuk menstimulasi pengambilan gula darah seluler. Dengan demikian, diabetes mellitus merupakan hasil dari ketidaksesuaian sekresi atau kerja insulin (Wheatley 1993).
American Diabetes Association menggunakan tiga standar untuk menentukan diagnosa terjadinya diabetes mellitus, (1) konsentrasi glukosa plasma kausal lebih dari atau sama dengan 200 mg/dL atau 11.1 mmol/L, (2) glukosa plasma puasa lebih dari atau sama dengan 126 mg/dL atau 7 mmol/L, puasa dilakukan selama 8 jam, (3) glukosa darah lebih dari atau sama dengan 200 mg/dL atau 11.1 mmol/L (Rimbawan & Siagian 2004; Rubin 2004). Sebelum terjadinya diabetes mellitus, biasanya diawali dengan prediabetes. Standar yang digunakan untuk mengetahui terjadinya prediabetes adalah bila gula darah sebelum makan mencapai 100-126 mg/dL atau 5.5-7 mmol/L dan glukosa darah setelah satu jam makan mencapai 140-199 mg/dl atau 7.8-11.1 mmol/L (Rubin, 2004).
Menurut Hartono (2006) kegagalan pengendalian gula darah terjadi karena dua hal: (1) produksi hormon insulin yang tidak memadai atau tidak ada. (2) penurunan sensitivitas reseptor insulin akibat sekresi insulin yang meningkat. Tidak adanya atau tidak memadainya produksi hormon insulin akan mengakibatkan diabetes tipe 1, sedangkan bertambahnya penurunan sensitivitas reseptor insulin dengan penurunan kuantitas dan kualitas insulin menyababkan diabetes tipe 2.
Diabetes tipe 1
Diabetes tipe 1 atau insulin dependent diabetes mellitus (IDDM) adalah diabetes mellitus yang sehari-harinya membutuhkan terapi insulin untuk diet dan pengaturan aktivitas (Carolyn 2001). Diabetes tipe 1 adalah kondisi yang ditandai oleh tingginya level glukosa darah yang disebabkan oleh ketiadaan total hormon insulin. Diabetes tipe 1 terjadi ketika sistem imun tubuh menyerang sel beta yang menghasilkan insulin pada pankreas dan menghancurkannya (Jacquie et al. 2004). Pankreas kemudian hanya sedikit atau tidak menghasilkan insulin, sehingga gula darah tidak dapat masuk ke dalam sel untuk digunakan sebagai energi. Kondisi ini hanya bisa diobati dengan pemberian insulin (Depkes RI 2005).
Manifestasi klinik diabetes tipe 1 ditunjukkan dengan tahap akhir insulitis, sebab pada saat didiagnosa hanya sedikit sel β sehat yang memproduksi insulin. Kerusakan sel β secara agresif menyebabkan penyakit nampak dalam beberapa bulan pada anak yang masih muda, meskipun ada juga proses yang akan berlanjut dalam beberapa tahun, bahkan pada beberapa kasus ada yang berlanjut lebih dari 10 tahun (Virtanen & Mikael 2003).
Gejala-gejala yang sering muncul pada penderita diabetes tipe 1 adalah sering kencing, sering merasa haus, terjadi penurunan berat badan, sering merasa lapar, dan merasa lemah (Rubin 2004). Gejala mungkin bisa terjadi secara tiba-tiba. Tanpa pemberian insulin, diabetes tipe 1 akan dengan cepat berakibat fatal (WHO 2006). Orang yang menderita diabetes tipe 1 tergantung pada injeksi insulin untuk mencegah hiperglikemia dan ketoacidosis. Jika penyuntikan insulin tidak cukup, seseorang dapat memasuki koma akibat dari ketoacidosis, ketidak seimbangan elektrolit, dan dehidrasi. Pada overdosis insulin juga dapat menyebabkan koma karena hipoglikemia (kadar glukosa darah dibawah normal) (Wheatley 1993).

Diabetes tipe 2
Diabetes tipe 2 sering juga disebut noninsulin dependent diabetes mellitus (NIDDM), sebab tidak membutuhkan penambahan hormon insulin untuk mempertahankan keseimbangan glukosa darah (Carolyn 2001). Diabetes tipe 2 merupakan akibat dari lemahnya kemampuan pankreas guna mensekresikan insulin yang dikombinasikan dengan lemahnya aksi insulin, yang mana menjadi penyebab menurunnya sensitivitas insulin (Jacquie et al. 2004). Penurunan sensitivitas insulin terjadi pada pintu masuk di permukaan sel tubuh yang dinamakan reseptor insulin; reseptor insulin akan memberikan signal pada glukosa transporter untuk memungkinkan lewatnya gula (glukosa) yang dibawa oleh hormon insulin masuk ke dalam sel. Di dalam mitokondria, gula tersebut kemudian akan digunakan untuk menghasilkan energi atau tenaga yang diperlukan dalam pelaksanaan fungsi setiap sel tubuh (Hartono 2006).
Penyebab terjadinya penurunan sensitivitas insulin karena peningkatan kebutuhan sekresi insulin untuk mempertahankan kadar glukosa darah. Meningkatnya sekresi insulin akan membawa pada kegagalan dari sel beta pankreas dalam menghasilkan insulin, yang merupakan inti dari ketidak normalan diabetes tipe 2 (Jacquie et al. 2004). Orang yang obesitas dan kurang olah raga mempunyai resiko terhadap penyakit diabetes tipe 2 dengan menunjukkan gejala penurunan sensitivitas insulin yaitu (1) jumlah insulin di dalam darahnya meningkat lebih tinggi dibandingkan dengan orang normal, (2) penyuntikan insulin tidak dapat menurunkan kadar glukosa darah pada keadaan menurunnya sensitivitas insulin (Rubin 2004).
Penurunan berat badan dapat meningkatkan sensitivitas insulin. Efek penurunan berat badan terhadap sekresi insulin pada penderita diabetes mellitus tergantung pada jumlah respon sekresi insulin yang dikeluarkan oleh sel beta pankreas. Sel beta pankreas pada awalnya meningkatkan sekresi insulin dan Cpeptida dengan jumlah yang cukup tinggi pada penderita obesitas, sebab pankreas harus mengganti bertambahnya penurunan sensitivitas insulin yang disebabkan oleh pengeluaran insulin yang berlebihan (Pi-Sunyer 1996).
Menurut Media Informasi Peresepan Rasional bagi Tenaga Kesehatan Indonesia (2001) pada penderita diabetes tipe 2, terdapat tiga kondisi abnormal yang mungkin dimiliki. Pertama, mutlak kekurangan insulin dalam arti sekresi hormon insulin berkurang karena kerusakan sel-sel beta pankreas. Kedua, relatif kekurangan insulin dimana sekresi insulin tidak mencukupi dengan adanya kebutuhan metabolisme yang meningkat (misalnya pada pasien yang kelebihan berat badan). Ketiga, resisten terhadap insulin dan hiperinsulinemia karena penggunaan insulin perifer yang kurang sempurna. Gejala-gejala yang sering muncul pada diabetes tipe 2 adalah cepat lelah; sering kencing; sering lapar dan sering haus; penglihatan menjadi buram; lambatnya penyembuhan penyakit kulit, gusi dan infeksi saluran kencing; terasa gatal pada bagian kelamin; mati rasa pada kaki atau tungkai; dan penyakit jantung (Rubin 2004). Obesitas atau kelebihan simpanan lemak sering mengiringi atau mendahului terjadinya penyakit diabetes tipe 2 (Carolyn 2001).
Penurunan sensitivitas insulin pada diabetes tipe 2
Penurunan sensitivitas insulin adalah kelainan metabolik yang dicirikan oleh menurunnya sensitivitas jaringan terhadap insulin (Kendall & Harmel 2002). Menurut NDIC (2006) penurunan sensitivitas insulin adalah kondisi diam yang meningkatkan rantai perkembangan penyakit diabetes mellitus dan penyakit jantung. Penurunan sensitivitas insulin terjadi ketika jaringan gagal merespon insulin secara normal. Diabetes tipe 2 sering disertai oleh penurunan sensitivitas insulin pada organ sasaran yang mengakibatkan penurunan responsivitas, baik terhadap insulin endogenus maupun eksogenus (Rimbawan & Siagian 2004).
Menurut Olefsky dan Nolan (1995) penurunan sensitivitas insulin mungkin terjadi pada banyak tahapan dalam aksi biologi insulin, dari awal telah terjadi pengikatan permukaan sel reseptor pada proses phosphorilasi yang dimulai oleh autophosphorilasi pada reseptor insulin. Penurunan sensitivitas insulin biasanya paling banyak ditemukan pada kegemukan dengan polycystic ovary syndrome (PCOS) pada wanita (65%), tetapi dapat juga ditemukan pada 20 persen dari lean PCOS pada wanita (Dale et al. 1998).
Orang dengan diabetes tipe 2 mempunyai banyak insulin dalam tubuhnya (tidak seperti penyakit diabetes tipe 1), tetapi respon tubuhnya terhadap insulin dalam keadaan yang tidak normal. Orang yang menderita diabetes tipe 2 mengalami penurunan sensitivitas insulin, artinya tubuh resisten terhadap insulin dalam keadaan normal (Rubin 2004).
Proses uptake glukosa yang dimediasi oleh insulin terlihat pada Gambar 3.


Mediasi insulin dalam proses uptake glukosa (Adaptasi dari Cartailler
2004)



insulin yang diproduksi pada sel beta pankreas akan menempati reseptornya, yang kemudian akan memberikan signal transduction pada glucose transporter untuk dapat melakukan penyerapan glukosa, sehingga glukosa yang beredar dalam darah akan masuk ke dalam sel. Menurut Rimbawan dan Siagian (2004) penurunan sensitivitas insulin pada penderita diabetes tipe 2 dapat disebabkan oleh kerusakan signal transduction. Kerusakan ini dapat dimulai dari insulin abnormal sampai kerusakan penerima insulin pada pengangkut glukosa. Hubungan langsung antara penurunan sensitivitas insulin dan kegemukan telah diketahui dengan baik, dan kegemukan adalah salah satu faktor penting untuk memprediksi diabetes tipe 2. Kegemukan berhubungan dengan lemahnya signal insulin, dan pola tertentu dari penyimpanan lemak (misalnya penyimpanan lemak dalam perut) lebih berhubungan dengan penurunan sensitivitas insulin. Meskipun otot rangka biasanya dianggap sebagai jaringan utama yang menggunakan glukosa, pengambilan glukosa juga berhubungan dengan jaringan
adipose (Sinaiko et al. 2005).
Menurut Godwin et al. (1999) Pertambahan usia, obesitas, riwayat keluarga, status sosial ekonomi yang rendah, dan hipertensi pada saat hamil telah menunjukan sebagai faktor resiko yang berpengaruh terhadap kejadian gestational diabetes mellitus. Dampak pada bayi, Gestational diabetes mellitus berhubungan dengan peningkatan kejadian kesakitan pada bayi, termasuk komplikasi yang angka kejadiannya sangat tinggi adalah macrosomatia (berat badan lahir lebih dari 4000g), hipoglikemia, hipokalcemia, hiperbilirubinemia, polycythemia, dan ketidak normalan kongenital yang serius (Godwin et al. 1999; Greene dan Solomon 2005).

Perbedaan antara tanda diabetes tipe 1 dan tipe 2
Perbedaan antara tanda diabetes tipe 1 dan tipe 2 dapat dilihat dari tingkat usia, orang dengan diabetes tipe 1 biasanya lebih muda daripada tipe 2, tetapi peningkatan kejadian diabetes tipe 2 pada anak-anak yang kelebihan berat badan membuat perbedaan ini sulit dipisahkan antara tipe 1 dan tipe 2; berat badan, diabetes tipe 1 mempunyai berat badan yang kurus atau normal, sedangkan pada diabetes tipe 2 pada umumnya obesitas; tingkat glukosa, pada diabetes tipe 1 tingkat glukosa darah lebih tinggi (300-400 mg/dl) dari diabetes tipe 2, yang tingkat glukosa darahnya 200-250 mg/dl; tingkat keparahan, diabetes tipe 1 biasanya lebih parah, tetapi diabetes tipe 2 secara berangsurangsur menunjukkan gejala (Rubin 2004).

Teh
Minuman teh telah dikenal lebih dari 4000 tahun di Cina, tradisi pengobatan Cina telah merekomendasikan minuman teh hijau sebagai minuman untuk mencegah dan mengobati berbagai penyakit, termasuk penyakit sakit kepala dan saluran pencernaan. Minum teh juga dipercaya dapat memperbaiki fungsi imun, membantu detoksifikasi, dan memperpanjang umur, dan ini telah dianggap sebagai tradisi yang baik (Brannon 2007). Teh adalah minuman yang paling banyak dikonsumsi oleh manusia sesudah air putih, dalam jumlah kira-kira 120 ml perkapita perhari. Ada dua bentuk teh yang banyak dikonsumsi, yakni teh hitam dan teh hijau. Teh hitam paling banyak dikonsumsi (80%), sedangkan teh hijau sekitar 20% saja. Teh hijau mengandung epikatekin sebagai komponen polifenol utama yang memiliki aroma khas teh hijau (Silalahi 2006). Menurut Bahruddin dan Asmawati (2005) teh hijau secara laboratoris telah terbukti memiliki anti bakteri dan efek anti radang. Dalam penelitiannya yang dilakukan dengan jumlah sampel sebanyak 20 orang, Bahruddin dan Asmawati menemukan bahwa teh hijau mampu memperbaiki status jaringan periodontal pada penderita diabetes mellitus yang memiliki penyakit periodontal yang cukup parah. Menurut Brannon (2007) teh hijau merupakan minuman yang kaya akan kandungan phytochemicals salah satunya yang telah diketahui adalah polifenol, yang merupakan bagian dari flavonoid. Poliphenol adalah antioksidan yang sangat kuat, salah satu fungsinya dapat mengatasi radikal bebas yang merupakan molekul sangat tidak stabil yang berada di dalam tubuh. Pemberian polifenol teh hijau (500 mg/kg berat badan) pada tikus normal meningkatkan toleransi glukosa secara signifikan pada menit ke 60. Teh hijau polifenol juga ditemukan mengurangi level serum glukosa pada tikus diabetes mellitus yang diinduksi oleh alloksan dengan signifikan pada level dosis 100 mg/kg berat badan. Selanjutnya pemberian setiap hari selama 15 hari dari ekstrak 50, 100 mg/kg berat badan menghasilkan 29-44% pengurangan dari peningkatan level serum glukosa yang disebabkan oleh pemberian alloksan
(Sabu et al. 2002). Menurut Maeta et al. (2007) polifenol terutama epigallocatechin gallat (EGCG) dapat melindungi kerusakan sel beta pankreas dari pengaruh oksidasi. EGCG secara luas telah diketahui sebagai antioksidan, sebagai contoh EGCG mampu menangkal superoxide anion radicals, hydrogen peroxide, hydroxyl radicals, peroxyl radicals, singlet oxygen, dan peroxynitrite. Katekin yang diberikan pada tikus putih sebanyak 0.5 g per hari selama 3 minggu, dalam usus akan terfermentasi dalam jumlah sedikit dan kurang dari 5% dikeluarkan melalui feses dalam bentuk utuh. EC masuk dalam sirkulasi darah dalam bentuk terglukuronidasi, dan kemudian disulfatisasi dalam hati serta termetilasi dalam hati dan ginjal. Kemudian, bentuk senyawa terkonjugasi tersebut disekresi melalui feses dan urin (Hartoyo 2003).
EGCG dalam tubuh sebagian diserap dalam bentuk utuh, terdeteksi dengan konsentrasi tertinggi pada serum manusia setelah 2 jam pemberian secara oral dan sebagian termetabolisme melalui proses dehidrogenasi dan dekarboksilasi EGCG, hingga membentuk produk P-I (theasinensin A), P-2 (senyawa baru), dan P-3 (theasinensin D. isomer dari P-I). Uniknya, ketiga produk hasil degradasi tersebut mempunyai sifat aktivitas antioksidan (menghambat Fe dan scavenger radikal Oksigen) yang lebih tinggi dibandingkan dengan EGCG sendiri dan lebih mudah diserap dibandingkan EGCG. Kemungkinan, ketiga produk hasil degradasi EGCG tersebut lebih cepat sampai ke aliran darah dan memberikan aktivitas antioksidatifnya dalam organ dan jaringan (Hartoyo 2003).
Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) Gambung - Jawa Barat Indonesia menunjukkan bahwa kandungan polifenol pada teh Indonesia yang merupakan komponen aktif untuk kesehatan ± 1,34 kali lebih tinggi dibanding teh dari negara lain. Katekin merupakan senyawa polifenol utama pada teh sebesar 90% dari total kandungan polifenol. Rata-rata kandungan katekin pada teh Indonesia berkisar antara 7,02 - 11,60% b.k.,
sedangkan pada negara lain berkisar antara 5,06 - 7,47 b.k. Teh selain mengandung polifenol hingga 25-35%, juga mengandung komponen lain yang bermanfaat bagi kesehatan, antara lain : metilxantin, asam amino, peptides, karbonhidrat, vitamin (C, E dan K), karotenoid, mineral seperti kalium, magnesium, mangan, fluor, zinc, selenium, copper, iron, calcium, serta metilxantin dan alkaloid lain (PTPN VIII 2007). Menurut Bambang et al. (1995;1996) yang dikutip oleh Mahmudatussaadah (2005) bahwa kandungan katekin pada teh hijau lokal sebanyak 10.81% berat kering dan pada teh hijau ekspor sebanyak 11.60% berat kering. Menurut Kustamiyati (1978), katekin sesungguhnya adalah tanin yang tidak mempunyai sifat menyamak atau menggumpalkan protein, sebagaimana tanin yang terdapat pada tumbuhan-tumbuhan umumnya. Katekin menyusun 20- 30% dari berat kering daun teh dan merupakan senyawa terpenting dalam menentukan perubahan rasa, warna dan aroma teh.

Reproduction of Angiospermae

slide for Reproduction of Angiospermae https://share.acrobat.com/adc/document.do?docid=0d36985b-671f-4348-be80-6b86bb00cb25
use that...!!!

Sabtu, 11 April 2009

Quality of Biodiversity (Nur Christian, Biology Departement-Brawijaya Univ)

Quality of Biodiversity and Their Implication to Ecological Service (from Tropical Cases)


Abstrack

Hutan tropis terdiri atas ribuan jenis makhluk hidup yang saling berinteraksi satu sama lain dalam kehidupan bersama (living together). Interaksi tersebut menunjukkan bahwa makluk hidup tersebut melaksanakan fungsi/peran (niche). Peran tersebut terlihat dari servis ekologis yang diberikannya. Servis yang diberikan alam menunjukkan kualitas alam itu sendiri. Berbagai servis yang diberikan alam tidak disadari oleh makluk hidup, terutama manusia dikarenakan sifatnya tidak telihat/dirasakan secara langsung. Beberapa peristiwa yang akhir-akhir ini sering terjadi di Indonesia pada saat musim hujan adalah tanah longsor, banjir, penebangan kayu secara sembarangan, pencemaran limbah merkuri akibat penambangan emas secara besar-besaran, pembakaran hutan disertai Pengalihan fungsi hutan menjadi lahan usaha lain. Hal ini disebabkan manusia tidak berperan dalam menjaga kesimbangan alam. Perusakan hutan menyebabkan penurunan/hilangnya diversitas kelompok hewan dan tumbuhan tropis yang berdampak signifikan terhadap proses ekologis. Selain menyediakan kayu, hutan yang berkualitas juga menyediakan tanaman obat bagi kesehatan, dan sumber makanan, penghasilan (income), dan servis ekosistem seperti: regulasi air, penahan erosi, tanah yang rusak dapat dikembalikan mineral dan kesuburannya.

Kata kunci: area tropis, interaksi, kualitas, living together, servis ekologis

Quality of Biodiversity and Their Implication to Ecological Service (from Tropical Cases)

Bumi merupakan tempat tinggal bagi jutaan jenis makluk hidup yang terhimpun dalam satu kesatuan biodiversitas. Masing-masing dianugerahi materi genetik yang berbeda-beda. Setiap makhluk hidup dalam proses kehidupannya akan berinteraksi satu sama lain, baik antara satu spesies maupun beda spesies dalam kehidupan bersama (living together). Interaksi tersebut menunjukkan bahwa makluk hidup tersebut melaksanakan fungsi/peran (niche). Satu peran di atas tidak terbatas hanya dilakukan oleh satu jenis makhluk hidup saja, namun dapat dilakukan oleh organisme dari jenis yang berbeda, sehingga apabila suatu jenis organisme absen dalam menjalankan servisnya karena suatu hal, perannya masih dapat dilakukan organisme lain. Sehingga keberlangsungan proses tesebut masih dapat terjadi. Keseluruhan proses yang terjadi tersebut membentuk suatu proses yang bersinergi dengan proses yang terjadi di alam.
Setiap hari kita merasakan servis alam. Servis ini dapat terjadi dikarenakan adanya kehidupan bersama. servis yang diberikan alam menunjukkan kualitas alam itu sendiri. Banyak kualitas yang diberikan tidak disadari oleh makluk hidup, terutama manusia dikarenakan sifatnya tidak telihat/dirasakan secara langsung. Terlebih lagi servis alam yang menguntungkan tersebut gratis/cuma-Cuma.
Manusia dalam dalam Iiving together ini memiliki peran dalam menjaga kesimbangan alam. Namun hal ini tidak diperankan sebagai mana mestinya. Justru manusia merusak sistem yang telah terjadi di alam. Akibatnya keseimbangan antara faktor biotik dan faktor abiotik terganggu. Sesungguhnya biodiversitas dapat hilang oleh akibat akitivitas bumi sendiri (proses alam). Akan tetapi kehadiran manusia justru meng-ADA-kan/mempecepat kerusakan alam yang sebenarnya tidak perlu terjadi. Beberapa hal menurut Cunningham, Cunningham dan Saigo (2003) yang menjadi penyebab hilangnya biodiversitas akibat ulah manusia adalah:
- Rusaknya habitat
- Perburuan liar dan cara menangkap ikan yang salah
- Pengkomersilan hewan dan tumbuhan langka
- Pengawetan hewan langka
Beberapa peristiwa yang akhir-akhir ini sering terjadi di Indonesia pada saat musim hujan adalah tanah longsor dan banjir. Longsor banyak terjadi di Indonesia dan mengakibatkan banyak korban. Longsor terjadi dikarenakan terkikisnya lapisan tanah dikarenakan tidak ada yang mampu menahan pergerakan air yang mengikis tanah. Seperti yang kita ketahui, bahwa, tumbuhan memiliki kemampuan mencengkeram tanah, menahan air, dan mengkonservasi air tersebut di dalam tanah. Hal ini dikarenakan tumbuhan memiliki struktur akar tertentu dan beragam. Ada beberapa pohon seperti beringin memiliki kemampuan menahan pergerakan tanah oleh air dengan bantuan akarnya sehingga dapat mencegah pengikisan tanah. Tumbuhan-tumbuhan lainya pun ikut andil untuk menahan erosi tanah meskipun tidak banyak, namun tetap membantu sesuai kemampuan akarnya (Bagian dari Biodiversitas yang berkualitas). Berdasarkan hal ini kita dapat melihat bahwa peran menahan tanah untuk menahan erosi, tidak hanya diperankan oleh tumbuhan yang berakar tertentu saja yang bisa menahan air, namun juga diperankan oleh tumbuhan lain yang meskipun tidak banyak menahan air, namun tetap berperan. Ini adalah bagian dari servis beberapa tumbuhan yang diberikan secara gratis oleh alam sehingga kita tidak perlu membuat penahan tanah longsor. Adanya penggundulan hutan dan penebangan pohon secara sembarangan menyebabkan kualitas biodiversitas berkurang sehingga servis tumbuhan untuk menahan air dan menahan longsor menjadi tidak mampu lagi.
Apabila air dapat terkoservasi dengan baik (air dapat tertahan di dalam tanah oleh akar), maka sebenarya manusia dan hewan-hewan dan tumbuahan lainnya dapat merasakan keuntungan hal tersebut sebagai servis tambahan dari alam. Manusia dapat memanfaatkannya sebagai sumber air tanah yang jernih untuk dimanfaatkan dalam kehidupan. Selain itu ada beberapa kejadian yang dikarenakan air dalam tanah sudah terlalu banyak, menyebabkan munculnya sumber mata air dari dalam tanah, hal ini merupakan nilai estetika dan ekowisata yang bernilai tinggi. Bagi hewan-hewan liar yang hidup di sana merupakan sumber untuk hidup pula (minum).Bagi tumbuhan itu sendiri, merupakan cadangan ai dikala kemarau, dan bagi tumbuhan-tumbuhan lainnya dapat terbantu kebutuhan akan air dengan tersedianya air tanah, apabila tidak mampu menyerap/ mengkonservasi air. Air yang ada juga membantu sebagai medium reproduksi tumbuhan tingkat rendah seperti lumut hati dan lumut daun.
Kita sering melihat kota-kota di sepanjang DAS sungai Brantas, Bengawan Solo,dan Ciliwung mengalami banjir ketika musim hujan. Selain karena pendangkalan sungai-sungai tersebut, dikarenakan pula penggundulan hutan yang sebenarnya menyebabkan air hujan tidak dapat tertahan di dalam tanah, dan justru mengikis tanah dan menyebabkan air sungai meluap. Kita tahu banjir di Jakarta merupakan limpahan dari hujan di Bogor. Hal ini dikarenakan ketika mampuan pohon dalam mengkonservasi air, serta sepertinya terdapat kesalahan pemilihan tumbuhan yang digunakan untuk menahan hujan. Seperti kita ketahui, Kota Bogor memiliki curah huajn yang tinggi.
Akibat peristiwa ini adalah berkurangnya biodiversitas, yang berakibat perannya di alam tidak berjalan, sehingga servis yang disumbangkan ke alam tidak dapat diberikan. Berbagai proses daur yang terjadi di alam tidak terjadi. Kerusakan pun terjadi di tingkat biodiversitas ekologi. Pembukaan hutan dan eksploitasi lahan konservasi yang terlarang dilakukan, mengakibatkan hilangnya tempat hidup organisme. Berikut adalah servis yang sebenarnya dapat diberikan alam menurut Cunningham, Cunningham dan Saigo, (2003):
- Makanan: makanan kita berasal dari organisme yang lain, banyak tanaman liar yang dapat dimanfaatkan manusia untuk bahan makanan
- Obat dan kesehatan: Banyak tumbuhan yang dapat dimanfaatkan bagian-bagian tertentunya untuk dibuat obat, hal ini dikarenakan dalam tumbuhan tersebut mengandung zat-zat tertentu (seperti metabolit sekunder) yang dapt dimanfaatkan untuk kesehatan. Selain itu, bila dikonsumsi dengan kadar tertentu, bersifat mengobati dan aman (tanpa efek samping)
- Keuntungan ekologis: penggemburan tanah, pengolahan limbah, pemurnian udara dn air, pengaturan biogeokimia, siklus air, yang tergantung biodiversitas dari kehidupan.
- Estetika dan keuntungan budaya: merupakan nilai lain dari biodiversitas yang nilainya tak terhingga karena keindahan dan keunikannya. Adanya hal ini membuat kita mengagumi dan bersyukur pada Sang Pencipta. Keindahan alam ini bisa dimanfaatkan untuk ekowisata.
Kasus lain adalah penebangan kayu secara sembarangan di Indonesia, pencemaran limbah merkuri akibat peambangan emas secara besar-besaran, pembakaran hutan disertai Pengalihan fungsi hutan menjadi lahan usaha lain menyumbang emisi CO2 ¬ paling besar, yaitu 74 persen. permintaan yang bertambah pada kayu, menyebabkan perusakan hutan yang semakin bertambah, sehingga mengakibatkan penambahan emisi gas rumah kaca. Hal ini dikarenakan servis ekologis pohon dalam menghasilkan O2¬ dihilangkan oleh penebangan secara sembarangan (Surjadi, 2002).
Hutan hujan tropis diperkirakan mengandung 80 persen biodiversitas terrestrial. Hutan ini menghasilkan 20-30 persen oksigen dunia dan menjadi bagian dari system regulasi iklim bumi. Hutan ini menyediakan jutaan spesies yang unik dan servis ekosistem yang beragam (Leahy, 2009). Perusakan hutan menyebabkan penurunan/hilangnya diversitas kelompok hewan tropis seperti: monyet, burung, lebah, kumbang, dll. Pengurangan beberapa hewan menyebabkan dampak yang signifikan terhadap proses ekologis seperti polinasi dan dekomposisi (Molles, 2002)
Hutan tidak hanya terdiri atas satu jenis spesies saja. Hutan merupakan surga plasma nutfah. Perbedaan ini menyediakan ekspresi gen yang berbeda pula, terlihat dari peran, fungsi yang dijalankan di dalam living together. Selain menyediakan kayu, hutan yang berkualitas juga menyediakan tanaman obat bagi kesehatan, dan sumber makanan, penghasilan, dan servis ekosistem. Servis ekosistem seperti: regulasi air, tanah yang rusak dapat dikembalikan mineral dan kesuburannya. (Surjadi, 2002).

Daftar Pustaka

Cunningham, W.P., Mary A.N., Barbara W.S.. 2003. Environmental Science: A Global Concern seventh edition. Mc. Graw Hill Company: New York
Molles, M.C.. 2002. Ecology: Concepts and Applications second edition. Mc. Graw Hill Company: New York
Surjadi, H. 2002. Indonesia's Biodiversity Will Be Gone in 30 Years. http://www.globalpolicy.org/socecon/envronmt/2002/0508indonesia.htm. diakses tanggal 6 Maret 2009
Leahy,S. 2009. CLIMATE CHANGE: Tropical Forests Fight for Survival. http://ipsnews.net/news.asp?idnews=45586. diakses tanggal 6 Maret 2009

Media, Isolasi bakteri

A. Latar Belakang
Dalam belajar mikrobiologi penting untuk mengamati mikroorganisme dalam keadaan hidup, karena itu di dalam laboratorium dibuat medium untuk mengkultur mikroorganisme. Medium sendiri merupakan suatu bahan yang terdiri atas campuran nutrisi atau zat-zat hara (nutrient) yang digunakan untuk menumbuhkan mikroorganisme . Medium tersebut dapat berupa medium cair ataupun medium padat. Mikroorganisme akan tumbuh dengan baik dalam medium apabila medium tersebut memenuhi persyaratan, antara lain : medium harus mengandung semua nutrien yang mudah digunakan oleh mikroorganisme; medium harus mempunyai tekanan osmosis, tegangan permukaan, dan pH yang sesuai dengan pertumbuhan mikroorganisme; medium tidak mengandung zat-zat yang menghambat pertumbuhan mikroorganisme; dan medium harus steril sebelum digunakan, supaya mikroorganisme dapat tumbuh dengan baik . Penggolongan jenis medium dapat dilakukan berdasarkan sifat kehetrotrofannya ( media hidup dan media mati), berdasarkan konsistensinya ( media padat, semi padat dan medium cair), serta berdasarkan fungsinya (medium selektif, medium diferensial, medium eksklusif, medium Esei, medium diperkaya/enriched dan medium khusus). Untuk mempermudah mempelajari jenis-jenis mikroorganisme maka diperlukan kultur murni dari jenis mikrobia yang akan dipelajari. Kultur murni adalah biakan yang hanya terdiri dari populasi mikrobia yang berasal dari jenis yang sama.
Di alam, pada umumnya mikrobia hidup sebagai populasi campuran. Sehingga akan sulit untuk mempelajari mikrobia terkait dengan morfologi, fisiologi dan serologi mikrobia. Oleh karenanya perlu dilakukan isolasi mikrobia dari lingkungannya. Isolasi atau kultivasi adalah suatu usaha untuk memindahkan mikrobia dari lingkungannya di alam dan menumbuhkan sebagai biakkan murni dalam medium buatan. Selain itu, pada umumnya mikrobia tumbuh dalam populasi campuran. Untuk mengidentifikasi suatu mikrobia, termasuk struktur morfologi dan fisiologi dapat dilakukan dengan metode kultivasi atau isolasi dari habitatnya. Isolasi merupakan suatu usaha untuk memindahkan mikrobia dari lingkungannya di alam dan menumbuhkannya sebagai biakan murni dalam medium buatan. Isolasi dalam kultur murni essensial untuk mendeskripsikan bentuk dan mengklasifikasikan spesies baru serta untuk determinasi suatu agen penyebab penyakit. Ada beberapa teknik isolasi yang biasa dilakukan pada bakteri atau mikrobia uniseluler. Salah satu yang paling umum dilakukan adalah teknik plate culture. Teknik ini menggunakan cawan petri untuk menumbuhkan mikrobia dengan suatu medium (Salle, 1961).Teknik plate culture ini masih terbagi lagi menjadi teknik-teknik spesifik. yaitu. streak plate method yang dilakukan dengan cara menggores medium dengan bakteri, pour plate method yang dilakukan dengan cara mencampur bakteri pada agar yang masih cair kemudian menuangnya ke dalam cawan petri serta Terakhir surface plate method yaitu dengan menggosok bakteri di atas medium agar.
Karena objek kajian dari mikrobiologi berupa mikroorganisme yang memiliki ukuran sangat kecil dan tidak dapat dilihat dengan mata telanjang, maka dari itu perlu dipelajari teknik mikroskopi. Dengan mikroskop, dapat diperoleh perbesaran yang memungkinkan untuk melihat mikroorganisme. Dalam penggunaan mikroskop, pengetahuan tentang prosedur penggunaan mikroskop yang baik dan benar akan menentukan berhasil tidaknya pengamatan-pengamatan mikroskopis yang dilakukan (Waluyo, 2008). Penggunaan mikroskop penting untuk mengamati sifat morfologi dari mikroorganisme yang diteliti baik dalam ukuran individual maupun koloni. Sifat-sifat morfologi yang diamati secara individu meliputi ukuran dan bentuk sel, keberadaan dan karakteristik spora, flagella dan karakteristiknya, serta ada tidaknya kapsula. Sedangkan morfologi koloni meliputi ukuran, bentuk, warna koloni dan sifat-sifat lainnya yang menentukan.
Teknik pengamatan dengan pewarnaan bakteri (stained) adalah teknik yang paling umum digunakan untuk mengamati morfologi dan fisiologi sel bakteri. Keuntungan pengecatan antara lain adalah sel bakteri dapat jelas terlihat dan sel bakteri dapat dibedakan dengan spesies sel bakteri lainnya. Ada beberapa jenis pengecatan bakteri antara lain pengecatan sederhana, pengecatan gram, pengecatan Acid fast, dan pengecatan negatif. Pengecatan sederhana adalah tenik pengecatan yang menggunakan satu macam cat saja. Cat yang paling banyak digunakan adalah karbolfuhsin, methylenin blue dan kristal violet. Fungsi pengecatan sederhana adalah mewarnai bekteri untuk pengamatan morfologi dan fisiologi bakteri. Selain itu, pengecatan sederhana berfungsi membedakan bakteri mati dan bakteri yang masih hidup. Pengecatan gram merupakan salah satu contoh pengecatan differensial. Pengecatan gram berguna untuk identifikasi dan determinasi sel bakteri. Cat utama yang dipakai adalah violet kristal, larutan Iod sebagai mordan, alkohol sebagai peluntur, dan safranin sebagai cat penutup. Dengan pengecatan gram, bakteri dapat dibedakan menjadi bakteri gram positif dan bakteri gram negatif. Bakteri gram positif apabila dicat gram akan berwarna ungu sedangkan gram negatif akan berwarna merah (Talaro&Talaro, 1999). Teknik pengecatan negatif merupakan pengecatan tidak langsung yaitu pewarnaan latar belakang spesimen. Pada pengecatan ini, cat yang digunakan adalah nigrosin. Teknik pengecatan Acid fast (tahan asam) merupakan prosedur pengecatan differensial yaitu menggunakan lebih dari satu macam cat. Dengan teknik ini, bakteri dapat dibedakan menjadi bakteri acid fast (tahan asam) dan bakteri non acid fast (tidak tahan asam).
Jamur merupakan kelompok organisme eukariotik. Jamur ada yang tergolong mikrobia dan ada juga yang tidak. Jamur yang tergolong mikrobia contohnya adalah Khamir dan Jamur benang / Molds. Khamir adalah jamur yang tumbuh dalam bentuk uniseluler dan biasanya memperbanyak diri dengan cara tunas. Jamur ini tersebar di alam, dapat ditemukan di tanah, debu, serta buah dan daun pada banyak tanaman. Nampak seperti permukaan buih atau sedimen tebal pada jus buah dan cairan saccharine lain (Salle, 1961).
Contoh jamur yang kedua adalah jamur benang atau molds. Molds adalah jamur berfilamen yang bersifat parasit dan berkembangbiak dengan spora seksual dan aseksual. Merupakan suatu kelompok heterogenitas yang besar dari suatu tumbuhan, seperti organisme yang membentuk subdivisi Thallophyta (Salle, 1961). Contoh molds adalah Rhizopus sp., Pinicillium sp., Aspergillus sp. dan Monilia sp.
Salah satu makhluk hidup yang memiliki daya reproduksi tinggi adalah Fungi. Fungi merupakan kelompok mikrobia eukariotik heterotrofik yang tersebar luas di alam dan bersifat saprofit. Pembagian fungi didasarkan atas sifat khas struktur dan cara reproduksinya, yaitu Zygomycetes, Ascomycetes, Basidiomycetes, dan Deutromyces (Soetarto et al., 2008) . Jamur yang tergolong mikrobia contohnya adalah Jamur benang dan Khamir / Molds . Jamur benang adalah fungi multiseluler yang membentuk pertumbuhan memanjang yang bercabang yang dikenal sebagai miselium. Filamen individual dari miselium dikenal sebagai hifa. Pada beberapa jamur benang, hifa merupakan silinder multinukleus yang kontinu tanpa adanya dinding melintang, hifa seperti ini dikenal sebagai hifa tidak bersekat (nonseptae hyphae). Pada beberapa jamur benang yang lain, hifa memiliki dinding melintang yang memisahkan mereka ke dalam sebuah rantai dari sel individual, ada yang memiliki satu nukleus, atau pada umumnya dengan dua nukleus. Hifa seperti ini dikenal dengan hifa bersekat (septae hyphae) (Sarles et al, 1956). Jamur benang dapat pula dibedakan berdasarkan alat perkembangbiakannya yaitu antara lain dengan spora konidia dan lain sebagainya (Clifton, 1957). Perbedaan dapat pula dengan bentuk sel atau bentuk dari benang (hifa) yang dibentuk oleh jamur tersebut. Hifa dari jamur benang dapat dibedakan atas hifa vegetatif, yaitu hifa yang tumbuh menjalar dan berfungsi untuk menyerap makanan dan hifa fertil yang berfungsi sebagai alat reproduksi dan tumbuh ke atas. Warna koloni (pigmen) yang dibentuk oleh jamur benang tersebut pun dapat pula digunakan untuk mengidentifikasi jenis jamur benang yang membentuknya . Contoh dari jamur benang antara lain Rhizopus sp, Penicillium sp, Aspergillus sp, Mucor sp dan Monilia sp. Khamir merupakan fungi uniseluler yang tidak membentuk percabangan multiseluler (miselium), kebanyakan khamir bereproduksi secara vegetatif dengan tunas (budding), tapi ada sedikit jenis yang bereproduksi melalui fusi sel (Sarles, 1956). Morfologi khamir dapat berupa spheroidal, aksoidal, bentuk sosis, bentuk umum atau silindris. Bentuk morfologi, cara reproduksi, dan karakteristik fermentasi dapat dijadikan sebagai dasar untuk klasifikasi khamir.
Bakteri merupakan mikrobia uniseluler yang termasuk dalam kelas Schizomycetes. Terdapat berbagai macam bentuk dari bakteri yaitu berbentuk bulat/kokus, batang/bacilus, dan spiral. Bakteri dibedakan berdasarkan responnya terhadap O2 menjadi 4 macam, yaitu bakteri aerob, anaerob, anaeorob fakultatif, dan mikroaerofilik. Bakteri aerob membutuhkan O2 untuk hidupnya dalam jumlah banyak. Bakteri anaerob dapat tumbuh tanpa ada O2. Bakteri anaerob fakultatif merupakan bakteri yang tumbuh dengan ada atau tidaknya O2. Sedangkan bakteri mikroaerofilik adalah bakteri yang tumbuh pada jumlah O2 yang sedikit. Di dalam medium cair, bakteri tumbuh di permukaan medium yang berhubungan langsung dengan udara bebas. Bakteri anaerob dalam medium cair tumbuh di dasar medium cair karena bakteri tidak membutuhkan O2 sedangkan di dasar medium tidak terdapat O2. Bakteri anaerob fakultatif anaerob terdapat di seluruh bagian medium, di permukaan, di tengah, dan di dasar medium karena bakteri dapat hidup dengan atau tanpa O2. Bakteri mikroaerofilik tumbuh di dekat permukaan medium karena bakteri hanya mengambil O2 dalam jumlah yang sedikit (Pelczar and Reid, 1958).



B. Tujuan
Acara praktikum ini bertujuan untuk :
1. Mempelajari cara pemakaian mikroskop yang benar untuk mengamati preparat mikrobia dengan berbagai perbesaran
2. Mempelajari cara pembuatan medium dasar sebagai tempat biakan bakteri
3. Mengisolasi bakteri untuk mendapatkan kultur murni dengan berbagi metode
4. Mengamati morfologi jamur benang, sel khamir serta sifat bakteri dengan berbagai
pengecatan

II. METODE
A. Alat dan bahan
Pada praktikum kali ini alat yang dipakai adalah mikroskop, tabung reaksi, cawan petri steril, jarum ose, jarum enten dan drigalsky. Sedangkan bahan yang digunkan yaitu alcohol, medium nutrient agar padat dan cair, pepton, indicator universal, bakteri Escherchia coli Bacillus subtili dan Rhizopus sp., Penicilium notatum, dan Aspergillus sp., Debaryomyces sp., Saccharomyces sp.
B. Cara Kerja
Mikroskopi
Bagian-bagian mikroskop diamati, kemudian dicatat fungsinya serta dipelajari prosedur penggunaan mikroskop.
Penyiapan media tumbuh
Sebanyak 15-20 gram agar-agar ditambahkan pada nutrient cair, penambahan dilakukan untuk setiap 1000ml medium cair. Campuran tersebut kemudian diaduk hingga merata lalu disterilkan dengan menggunakan otoklaf yang diatur pada tekanan 2 atm, temperature 1210C selama 5 menit. pH medium diatur terlebih dahulu sebelum ditambahkan agar. Untuk medium agar tegak dan miring, disiapkan dengan menggunakan tabung reaksi 10ml diisi dengan larutan medium tersebut. Untuk medium tegak, medium nutrient diisikan ke tabung reaksi sebanyak 10ml dan 5ml untuk medium miring. Setelah disterilisasi, tabung diletakkan miring dengan sudut kemiringan 300 terhadap bidang datar dan dibiarkan padat, sedangkan untuk medium nutrient agar tegak tetap diletakkan pada posisi tegak.

Mikroskopi sel bakteri, khamir, dan jamur benang
Pertama-tama lampu mikroskop dinyalakan, kemudian intensitas cahaya diatur dengan kondensor dan diagfragma sehingga sesuai dengan kondisi mata pengamat. Preparat diletakkan pada meja benda (preparat kapang dan bakteri), secara bergantian dengan perbesaran lemah. Pemutar focus diputar untuk mendapatkan bayangan atau fokus yang sesuai dengan mata pengamat (digunakan perbesaran kecil terlebih dahulu). Setelah bayangan yang didapat bagus dan terlihat jelas focus dapat diganti dengan perbesaran yang lebih besar atau yang diinginkan (400x untuk kapang dan khamir serta 1000x untuk bakteri) dan sesuaikan lagi fokusnya. Jika belum mendapat bagian preparat yang diinginkan, meja beda dapat digeser-geser dengan pengatur meja benda. Untuk pengamatan bakteri, sangat dianjurkan untuk memakai minyak imersi. Setelah mikroskop selesai dipakai, lampu mikroskop dimatikan dan kondensor serta diagfragma dikembalikan seperti pada posisi awal. Lensa obyektif diputar sampai pada lensa yang memiliki perbesaran terkecil. Preparat diambil dari meja benda. Meja benda diturunkan ke posisi awal. Untuk pemakaian minyak imersi, setelah pemakaian mikroskop, minyak imersi dibersihkan dengan menggunakan larutan xylol.
Teknik isolasi
1. Metode streak plate
Medium agar steril disiapkan dalam cawan petri, selanjutnya ose disterilkan dengan cara insinerasi ( diganggang). Kultur bakteri cair diambil menggunakan ose yang telah steril lalu ose digoreskan pada medium agar yang menghadap ke api supaya tetap aseptis. Goresan yang dibuat diusahakan tetap menyambung dan membentuk gradien goresan. Setelah itu, cawan petri ditutup , dibungkus serta siap untuk diinkubasi..
2. Metode pour plate
Kultur bakteri cair diencerkan terlebih dahulu. Kemudian medium agar yang masih cair disiapkan dan ditunggu hingga temperatur 50oC. Kultur cair dan medium agar cair dicampur dan digojog hingga homogen. Larutan selanjutnya dituang ke dalam cawan petri steril, dan cawan petri dibungkus kembali lalu dibiarkan dalam suhu kamar.
3. Metode surface plate
Medium agar steril dalam cawan petri disiapkan. Kultur bakteri cair diambil sebanyak 1 ml dengan pipet ukur dan propipet kemudian dituangkan ke dalam cawan petri steril. Kultur bakteri cair diratakan dengan menggunakan drygalski di atas permukaan medium agar. Cawan petri lalu dibungkus dengan kertas dan dibiarkan pada suhu kamar.

Barr Bodies- Alat Kelamin Ganda

MESKI prevelensi (angka kejadian) termasuk langka, kasus kelamin ganda (hermaprodit) sudah sering ditemukan. Contohnya Sukarna, salah seorang mantan atlet Indonesia berubah menjadi pria karena alat kelaminnya mengalami perubahan. Belum lagi, berbagai kasus lain, seseorang yang bingung memilih jenis kelamin akibat lahir dengan alat kelamin ganda. Bagaimana sebenarnya yang disebut kelamin ganda? Apakah alat kelamin bisa mengalami perubahan saat dewasa?



Menurut dr Riswan Joni SpB, lahir dengan alat kelamin ganda memang bisa terjadi. Hal ini karena ada gangguan selama masa kehamilan terutama pada masa pembentukan. Hal ini bisa disebabkan karena adanya infeksi, maupun sebab lain selama masa kehamilan. “Yang jelas terjadi karena gangguan selama berada di dalam kandungan,” ujarnya saat ditemui di Rumah Sakit Mayang Medical Center (MMC), kemarin.

Dengan demikian, secara anatomi, adanya kelamin ganda merupakan kelainan bawaan bukan terjadi pada saat pertumbuhan manusia. “Secara teori, alat kelamin tidak mungkin mengalami perubahan pada masa pertumbuhan manusia, misalnya dari laki-laki menjadi perempuan, ataupun sebaliknya. Kecuali dengan operasi,” terangnya.

Mengenai bentuk kelamin ganda itu sendiri, di dunia kedokteran, hermaprodit ini terbagi menjadi tiga bagian. Pertama, hermaprodit murni. Yakni, dalam satu tubuh ada ovarium dan testis. Untuk genitalia external-nya (alat kelamin luar) bisa bervariasi. Ada yang bentuknya seperti penis atau vagina. Namun, ada pula yang alat kelamin luarnya tidak jelas. “Artinya bentukan penis atau vagina tidak jelas,” kata dr Riswan.

Kedua, hermaprodit pseudo male atau yang diistilahkan dengan laki-laki tapi palsu. Seseorang dengan kelainan tersebut memiliki organ kelamin wanita lengkap di tubuhnya. Tapi, klitoris yang dipunyainya membesar sehingga menyerupai penis.

Bentukan penis itulah yang membuat seseorang tersebut diidentifikasi laki-laki. Padahal, sejatinya perempuan. “Dalam hal ini, lubang tetap di bawah, klitoris yang disangka penis biasanya tidak berlubang ukurannya sekitar 2 cm sedangkan klitoris normal hanya seukuran kacang hijau,” ujarnya.

Varian ketiga dari hermaprodit adalah wanita palsu atau pseudo female. Kebalikan dari varian kedua, seseorang yang menderita kelainan ini sebenarnya laki-laki, tapi alat kelamin luarnya menyerupai wanita. Lalu bagaimana penentuan jenis kelamin pada kasus hermaprodit?

Riswan menjelaskan, jika menjumpai kasus ini, penentuan diagnosis harus dengan pemeriksaan intensif. Mulai dari kromosom, hormon yang dominan, hingga pemeriksaan penunjang mengenai organ vital yang dimiliki. “Termasuk pemeriksaan psikologis,” katanya.

Karena jika hanya menebak dari kondisi fisik luar, maka dikhawatirkan tidak sesuai dengan kondisi psikologisnya. Sehingga ke depan, juga tentu akan muncul permasalahan. “Misalnya, saat dewasa, berubah jenis kelamin,” ujarnya.

Yang jelas, mengingat alat kelamin yang dimiliki ganda, setelah melalui pemeriksaan, maka biasanya akan dipilih jenis kelamin yang dominan melalui sistem operasi. Hanya saja, pada kasus hermaprodit ini, biasanya organ kewanitaan maupun organ laki-lakinya serba tanggung. Misalnya, terkadang memiliki vagina lengkap, ada payudara tapi tidak memiliki ovarium. Ataupun memiliki penis, tapi tidak memproduksi sperma. “Makanya, biasanya jarang pada kasus ini bisa memiliki keturunan,” ujarnya.(*)

menyebutkan bahwa angka kejadian kasus kelamin ganda kurang lebih satu penderita per 20.000 kelahiran. Menurut Dr. Sultan, istilah kelamin ganda tak selalu tepat. Yang pas adalah ketidakjelasan jenis kelamin atau ambiguous genitalia atau sex ambiguity.

Bentuk kelainan ini bervariasi, mulai dari hipospadia (kelainan pada saluran kencing) sampai bentuk kelamin luar (perempuan atau laki-laki) yang tak normal. Hipospadia sering menyulitkan penentuan jenis kelamin, terutama pada bayi baru lahir. Pada kelainan ini saluran kencing tidak berakhir di ujung penis, tapi terputus di tengah saluran. Karena itu, jalan keluar urin ada di tengah bawah batang penis, pada daerah perineal di dekat anus atau di antara buah zakar.

Kalau lubang itu cukup besar memberikan kesan mirip lubang kemaluan perempuan, Apalagi pada bayi baru lahir, buah zakar belum begitu besar atau belum turun dari rongga perut, sehingga keberadaan lubang abnormal ini mengesankan kantong buah zakar seperti bibir vagina.

Pemeriksaan DNA

Kasus yang lebih kompleks disebut true hermaphroditism, yakni terdapat dua macam gonad (indung telur dan testis); Secara sitogenetik (ilmu tentang sel dan genetika), pada penderita terdapát dua macam kromosom seks, yaitu XY (laki-laki) dan XX (perempuan) dengan perbandingan yang bervariasi.

Keadaan ini disebut mosaicism. Pada kasus ini psikiater atau psikolog diharapkan lebih berperan terutama dalam membantu menentukan pilihan jenis kelamin yang dikehendaki. Berdasarkan pengalaman Dr. Sultan dalam memberikan konseling pilihan cenderung pada jenis kelamin yang telah ditentukan orangtua ketika anak lahir. Bila orangtua telanjur memberi nama dan memperlakukannya sebagai anak laki-laki, jenis kelamin itu yang dipilih. Pun sebaliknya.

Mereka enggan mengubahnya karena bakal berpengaruh pada nama dan status hukum yang harus diperbarui. Apalagi si anak juga sudah menghayati jenis kelamin pilihan orangtuanya. Dalam hal ini, dokter ahli kebidanan dan bedah urologi tak boleh tergesa- gesa melakukan tindakan.

Kasus akan lebih rumit bila dalam keluarga penderita ada lebih dari satu kasus. Apalagi bila disertai kelainan lain, misal hipospadia plus pertumbuhan payudara. Pemeriksaan laboratonum dengan analisis kromosom dan hormon saja tidak cukup untuk kasus ini. Diperlukan pemeriksaan DNA untuk mencari kemungkinan adanya mutasi gen yang diwariskan. Mutasi gen biasanya terjadi pada kromosorn X (kromosom seks), meski tidak terlepas kemungkinan adanya mutasi gen pada kromosum lain. Pemeriksaan yang lebih luas pada seluruh anggota keluarga (termasuk yang tidak mengalami kelainan) dan konseling genetika perlu dilakukan.

Perlu Deteksi Dini

Ambiguitas seksual sering tak diketahui atau tak dicari kepastian diagnosisnya, Akibathya sering muncul anggapan salah. Di laboratorium sitogenetika, setiap bulan minimal diterima satu kasus seperti ini. Sebagian besar terlambat dikonsultasikan. Orangtua membawa anaknya saat sudah berusia lebih 2 tahun, malah ada yang sudah dewasa.

Padahal, terlambatnya pemeriksaan, berakibat pada salahnya penentuan jenis kelamin sehingga menimbulkan masalah sosial dan psikologis. Sayangnya lagi, belum semua laboratorium di kota-kota besar di Indonesi dapat melakukan analisis kromosom untuk menentukan kejelasan jenis kelamin.

Umumnya dipakai cara sederhana, yakni memeriksa kromatin seks (Barr body) yang bisa memberikan hasil negatif. Cara ini kurang tepat karena pengambilan sampel dikerjakan dengan kerokan pipi - yang mudah menyebabkan sel mati dan hasilnya negatif.

Di negara-negara maju, pemeriksaan model ini sudah ditinggalkan karena selain memberikan hasil negatif atau positif palsu, juga kurang akurat, terutama pada keadaan mosaik. Pada keadaan tertentu dan kompleks, sexing (penentuan jenis kelamin) dapat dikerjakan dengan pemeriksaan DNA seperti FISH (fluorescence in situ hybridization). Ini adalah kombinasi antara pemeriksaan sitogenetik dan molekuler atau dengan analisis molekuler lainnya.

Di FK Undip, sudah dibuka Laboratorium Bioteknologi, Unit Sitogenetika dan Genetika Molekuler yang mengerjakan pemeriksaan DNA. Dengan kemajuan ilmu kedokteran diharapkan problem ketakjelasan kelamin dapat diatasi sedini mungkin.

Apa Cirinya?

Keadaan genital bayi baru lahir memang belum begitu jelas karena sangat kecil. Namun, masih bisa diamati perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Bila terjadi kelainan, perlu diketahui kepastian jenisnya. Selain dengan pemeriksaan kromosom, beberapa penampakan bisa dicermati, sehinga kita tahu jenis kelamin anak yang sebenarnya.

Karakteristik pada genetik perempuan:
* Klitoris yang membesar dan tampak seperti penis kecil.
* Vagina yang tersembunyi karena lubangnya benar-benar tertutup

Karakteristik pada genetik laki-laki:

* Tuba atau lubang penis tampak begitu kecil dan sempit sementara penis tidak kelihatan nongol atau keluar. Ini disebut hipospadia.
* Penis kecil dan tidak normal karena saluran kencing sangat dekat dengan skrotum. Ini menunjukkan bahwa pertumbuhan penis sangat dini pada masa perkembangan.

Jelas-jelas tidak kelihatan alat kelamin laki-laki. Biasa terjadi pada kasus berat.

Perubahan Psikis Bisa Karena Faktor Hormonal

BANYAK orang beralih jenis kelamin, meski sudah beranjak dewasa. Kebanyakan karena adanya perubahan hormonal. Secara medis hal ini bisa saja terjadi baik karena lingkungan maupun karena sebab lain. Namun, yang tidak akan pernah berubah adalah anatomi tubuh. Kalaupun ada perubahan, biasanya merupakan hasil rekayasa melalui operasi.

Menurut dr Riswan Joni SpB, pada banyak kasus memang ditemukan orang yang berjenis kelamin pria memiliki sifat wanita begitu juga sebaliknya. Ada yang merupakan kelainan bawaan, namun ada juga karena perubahan karena faktor luar. “Kalau alat kelamin yang berubah tidak mungkin tanpa hasil rekayasa,” ujarnya saat ditemui di Rumah sakit Mayang Medical center (MMC), kemarin.

Yang dimaksud dengan faktor luar ini bisa dikarenakan lingkungan misalnya pembentukan keluarga, pengaruh teman-teman maupun karena adanya perubahan hormonal dalam tubuh. “Perubahan karena faktor lingkungan ini bisa merubah faktor psikologis manusia,” ujarnya.

Sedangkan faktor hormonal bisa mengalami perubahan karena penggunaan obat-obatan tertentu terutama obat yang mengandung hormon. Misalnya, mengonsumsi obat hormon pria bisa mengubah hormon dalam tubuh manusia. Sehingga lama-kelamaan menjadi memiliki sifat pria. “Hal ini bisa saja terjadi, maka hati-hati mengonsumsi obat-obat yang mengandung hormon atau obat khusus pada jenis kelamin tertentu,” ujarnya.

Makanya, jangan heran, ketika orang sudah beranjak dewasa, ada yang beralih jenis kelamin karena pada dirinya terjadi kecendrungan perubahan sifat tadi. “Jika hal ini muncul, sebaiknya segera berkonsultasi pada psikolog maupun psikiater sehingga hal ini tidak berdampak pada kehidupan sosial sehari-hari,” jelasnya.



dikutip dari http://jambi-independent.co.id/home

Rabu, 14 Januari 2009

Sakit Ati...

DuH...
YnG NaMaNyA Cew Tuh....
Kdg2 NyEbElIn, Kdg2 NyEnEnGiN...
NaH KareNa Itu Q SUkA Ma Cew....
SuKaNya CuMa BiSA bIkiN saKiT aTi....

My BrOkEn WiNgs

Hati yang terjatuh dan terluka

Merobek malam menoreh seribu duka

Kukepakkan sayap-sayap patahku

Mengikuti hembusan angin yang berlalu

Menancapkan rindu….

Disudut hati yang beku…Dia retak, hancur bagai serpihan cermin

Berserakan ….

Sebelum hilang di terpa angin…

Sambil terduduk lemah….

Ku coba kembali mengais sisa hati

Bercampur baur dengan debu

Ingin ku rengkuh…

Ku gapai kepingan di sudut hati…

Hanya bayangan yang ku dapat….

Ia menghilang saat mentari turun dari peraduannya

Tak sanggup ku kepakkan kembali sayap ini

Ia telah patah..

Tertusuk duri-duri yang tajam….

Hanya bisa meratap….

Meringis..

Mencoba menggapai sebuah pegangan..